Selasa, 30 April 2013

Mati Di Dalam Kesendirian Dunia

Disuatu pagi yang tak begitu carah itu, seekor burung yang penuh segala kekurangan terbangan rendah di atas dahan-dahan yang merangas oleh panasnya matahari dunia yang membakar segala isi bumi. Ketika burung itu terbangan kemana-mana mencari tempat pesinggahan berteduh dari sengatan matahari, burung itu belum juga menemukan tempat yang dia harapkan meskipun matahari hampir di pujuk umbun-umbun dia. Setelah lama kelama’an burung itu terbang hingga sayapnya yang tak sempurna itu sudah merasa capek bahkan sangat capek sekali, ditemukanlah sebuah pohon yang berdiri dengan kokoh, indah, dan menyejukan didekat makam tua yang angker. Maka singgahlah burung itu pada salah satu ranting pohon itu, dengan harapan mendapatkan penyejuk hati, penyejuk badan dan penenang fikiran dari terjangan angin dunia yang membawa hawa kepnasan matahari.

Akan tetapi haran-haran yang tinggi dari burung itu hanyalah mimpi-mimpi belakang saja. Ketika saat dia menikmati dunia yang beberapa saat di dapatkanya itu, tiba-tiba datanglah angina besar yang menguncang persinggahanya, sehingga penyejuk badan, penyejuk hati, dan penenang fikiran yang beberapa saat itu bisa di rasakan hilang dan terbawa dalam terjangan angin dunia yang begitu keras dan yang mampu merobohkan isi dunia yang tak mempunyai kekuatan apa-apa.

Seketika setelah kejadian maut itu burung pun terdiam tak berdaya di atas batu nisan dekat pohon kokoh itu berdiri. Dikesendirian hidupnya dia merenung dalam kesepian, seandainya aku yang berada dalam batu nisan ini, pasti aku tak akan susah mencari ketenangan dunia ini karena aku akan tenang dalam lindungan nisan yang kokoh dan tak mungkin terkena terjangan angina dunia yang menghancurkan. Burung itu berkata dalam nada penyesalan, apakah ini sudah menjadi takdir Penguasa alam ini sehinga aku tak dapat mendapatkan kehidupa Ku seperti yang lainya, apakah kekurangan aku ini memang sudah menjadi suatu hal yang tak dapat diterima dimana aku berada, pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus melanda hatinya kian lama kian tertanam dengan subur dalam perasaan hati kecilnya. Yang akhirnya membuat hidupnya menjadi tak tenang dalam menjalani kehidupan dunianya, sehinga burung itu mati dalam kesendirian jiwa yang tak menuntunya untuk bangkit dalam keterpurukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar