Selasa, 30 April 2013

Mati Di Dalam Kesendirian Dunia

Disuatu pagi yang tak begitu carah itu, seekor burung yang penuh segala kekurangan terbangan rendah di atas dahan-dahan yang merangas oleh panasnya matahari dunia yang membakar segala isi bumi. Ketika burung itu terbangan kemana-mana mencari tempat pesinggahan berteduh dari sengatan matahari, burung itu belum juga menemukan tempat yang dia harapkan meskipun matahari hampir di pujuk umbun-umbun dia. Setelah lama kelama’an burung itu terbang hingga sayapnya yang tak sempurna itu sudah merasa capek bahkan sangat capek sekali, ditemukanlah sebuah pohon yang berdiri dengan kokoh, indah, dan menyejukan didekat makam tua yang angker. Maka singgahlah burung itu pada salah satu ranting pohon itu, dengan harapan mendapatkan penyejuk hati, penyejuk badan dan penenang fikiran dari terjangan angin dunia yang membawa hawa kepnasan matahari.

Akan tetapi haran-haran yang tinggi dari burung itu hanyalah mimpi-mimpi belakang saja. Ketika saat dia menikmati dunia yang beberapa saat di dapatkanya itu, tiba-tiba datanglah angina besar yang menguncang persinggahanya, sehingga penyejuk badan, penyejuk hati, dan penenang fikiran yang beberapa saat itu bisa di rasakan hilang dan terbawa dalam terjangan angin dunia yang begitu keras dan yang mampu merobohkan isi dunia yang tak mempunyai kekuatan apa-apa.

Seketika setelah kejadian maut itu burung pun terdiam tak berdaya di atas batu nisan dekat pohon kokoh itu berdiri. Dikesendirian hidupnya dia merenung dalam kesepian, seandainya aku yang berada dalam batu nisan ini, pasti aku tak akan susah mencari ketenangan dunia ini karena aku akan tenang dalam lindungan nisan yang kokoh dan tak mungkin terkena terjangan angina dunia yang menghancurkan. Burung itu berkata dalam nada penyesalan, apakah ini sudah menjadi takdir Penguasa alam ini sehinga aku tak dapat mendapatkan kehidupa Ku seperti yang lainya, apakah kekurangan aku ini memang sudah menjadi suatu hal yang tak dapat diterima dimana aku berada, pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus melanda hatinya kian lama kian tertanam dengan subur dalam perasaan hati kecilnya. Yang akhirnya membuat hidupnya menjadi tak tenang dalam menjalani kehidupan dunianya, sehinga burung itu mati dalam kesendirian jiwa yang tak menuntunya untuk bangkit dalam keterpurukan.

Mulianya hati seorang ibu

“Hari telah larut malam suasana sangat hening, dan para insane sudah terlarut dalam tidurnya. Yang terdengar hanyalah suara binatang malam yang bersautan walaupun tidak bias membangunkan manusia yang telah tertidur terlelap dalam buain mimpinya. Tiba-tiba keheningan malam itu pun terpecah oleh tangisan bayi munggil di sebuah rumah pedesaan. Sang ibu yang telah terlelap pun bangun dan bergegas menghampiri buah hatinya. Rasa kantuk sang ibu pun hilang sudah. ‘Oo pipis ya?’ si ibu berucap sendiri sembari menganti pakaian anaknya yang basah. Setelah itu didekapnya kembali si buah hati agar berhenti menangis dan tertidur kembali.”

Kisah ini adalah kisah nyata yang pasti dialami seorang ibu yang sedang mempunyai bayi munggil, dan tentunya hamper semua ibu yang mempunyai bayi munggil pasti akan mengalaminya. Dari sini coba kita renungkan kembali betapa besarnya penderitaan seorang ibu, bagaimana berat dan tersiksanya beliau mengandung anaknya berbulan-bulan. Betapa sakitnya saat melahirkan, dan sang ibu berada diantara dua pilihan antara hidup dan mati demi buah hati tercintanya, Berat dan susahnya ketika menyusui. Ia jaga buah hatinya lebih dari menjaga kesehatanya dan keselamatan dirinya. Tengah malam sang ibu selalu menemani bobok si buah hati dalam dekapan hangat kasih sayangnya.

Curah cinta dan kasih sayang dilimpahkan tanpa pamrih kepada buah hatinya, agar sang anak tatap gembira dan bahagia. Segala jerih payah, penderitan, dan rintangan semata-mata diterjang hanya untuk mengantarkan buah hatinya agar tumbuh menjadi sukses meraih kabahagiaan dunia dan akhirat. Tangan sang ibu memberi banyak member banyak arti dalam tiap lembar kehidupan anaknya. Saat buah hati ketakutan dalam gelapnya malam yang mencekam, dengan penuh perlindungan didekapnya dengan penuh kehangatan, dan dibisikanya kalimat tauhid yang akan tetap terukir indah dalam lubuk hatinya. Sembari berkata “jangan takut anakku, bukan gelapnya malam yang pantas kau takuti, tapi Allah Tuhan sekalian manusia. Nah sekarang hilangkan ketakutanmu karena Allah senantiasa melihatmu dan melindungimu”. Bisikan itulah yang selalu membekas dalam ingatan yang manis dan memberika keberanian dan ketenangan kepada buah hatinya. Begtu pula ketika kita sudah beranjak dewasa ketika hati sedang dilanda duka dan problematika yang tidak biasa dipecahkan sang anak. Ibu pun mengerti akan “kesumpekan” itu dengan penuh perhatian di dengarkanya segala unek-unek kita dan digenggamnya tangan kita untuk member motivasi bahwa dalam hidup jangan ada kata menyerah dan putus asa. Sungguh kata-kata ibu itu membuat kitamenjadi pribadi yang tegar, sangat besar jasa ibu kepada kita semua sehingga tidak terhitung lagi apa yang sudah beliau korbankan untuk kita semua.

Coba kita renugkan kembali segala sikap dan tingkah laku kita kepada pahlawan kita. Perbuatan yang kita sadari maun tidak kita sadari , seringkali kita melakukan hal-hal yang membuat hati ibu kita sakit dengan bantah-bantahan kecil yang mungkin bagi kita itu tidak apa-apa, Namun itu sebenarnya sangat menyakitkan bagi sang ibu. Padahal beliau mengasuh kita sejak bayi dan memelihara kia sampai beranjak dewasa, semua jerih payah ibu sudah kita telah minum dan reguk sepuasnya. Bila kita sakit di malam hari, hati ibu gundah dan merasakan sakit yang di derita kita. Ibu tak biasa memejamkan mata sekan-akan beliau sendiri yang sakit.  Air mata beliau berlinang dan mengucur deras, hatinya takut ketika dijemput maut, kini setelah kita dewasa dan meraih apa yang kita cita-citakan, kita malah membalas dengan perbuatan yang sebaliknya. Kita perlakukan ibu seperti tetangga jauh, kadang malah menyalahkan dan bersikap kasar dengan membentaknya. Apakah pantas kita berbuat seperti itu? Pantas kita mengabaikan dan menyia-nyiakan kasih saying dan penderitaan ibu kita, hidup sudah di akhir hayat tanpa ada yang memelihara dan menyantuninya, Lalu dimana hati nurani kita?

Jika kita masih mempunyai hati nurani, atau setetes cinta kasi sayang yang kita miliki, maka mari jadi anak yang brbakti pada orang tua, jadi anak yang soleh/sholihah yang akan menjadi hiasan mata penyedap pandangan bagi ibu kita. Mari kita penuhi harapan yang didambakan pada kita sebagai anaknya. Kawan kita disini yang berada di Jogjakarta ini kita dikirim oleh orang tua kita bukan untuk main-main atau menghamburkan harta kekayaan orang tua kita, tapi kita disini dikirim dari kampung kita yang jauh nan disana untuk belajar biar bias mewujudkan cita-cita kita dan orang tua kita. Inggatlah wajah ibu kita ketika kita mau melakukan hal-hal yang bias merusak cita-cita kita, betapa tulus dan ikhlasnya beliau merawat dan menuntun kita untuk menjadi orang yang berguna. Dan buatlah bangga mereka bukan karena kita menjadi seorang sarjana dan menenteng ijasah kemana-mana tapi buatlah beliau bangga dan tersenyum lebar karena ilmu pengetahuan kita, kecerdasan kita dan karena kita bias berguna bagi Bangsa dan Negra tercinta ini.

Senin, 29 April 2013

Sepenggal Semangat Kemerdekaan


“Sejak dahulu hingga saat ini, pemuda merupakan pilar kebangkitan, dalam setiap kebangkitan pemuda merupakan rahasia kekuatannya, dalam setiap pemikiran pemuda merupakan pengibar panji-panjinya” (Hasan Al-Banna)
Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani berbagai macam – macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat dipahami karena peran pemuda sebagai generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan.
Di dalam masyarakat, pemuda merupakan satu identitas yang potensial. Kedudukannya yang strategis sebagai penerus cita – cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya.
Sejarah panjang perjuangan Bangsa ini
Pergerakan mahasiswa Indonesia tidaklah terlepas dari sejarah panjang perjuangan merebut kembali kedaulatan bangsa. Berawal dari tahun 1908 berdirilah sebuah organisasi kepemudaan, organisasi yang dinamakan Budi Oetomo merupakan organisasi yang menghimpun segenap kekuatan serta potensi seorang pemuda untuk kemudian diarahkan kepada semangat nasionalisme untuk mengembalikan kedaulatan bangsa. Organisasi yang didirikan oleh sekelompok mahasiswa yang belajar di lembaga pendidikan STOVIA ini, merupakan wadah yang membentuk sikap kritis mahasiswa terhadap kolonialisme Belanda yang sudah sepatutnya dilawan dan sudah selayaknya pula rakyat dibebaskan dari segala bentuk pembodohan sertapenguasaan sumber daya alam yang telah dilakukan oleh penjajah Belanda terhadap bangsa Indonesia.
Pada tahun 1928 peringatan sumpah pemuda Indonesia, yang menjadi sebuah integritas perjuangan pemuda Indonesia, dengan semangat nasionalisme yang teramat tinggi melahirkan sumpah sekaligus janji yang menjadi bukti kecintaan pemuda terhadap bangsa Indonesia. Di tahun 1945 pun pemuda kembali membuktikan keberaniannya melalui peristiwa penculikan sekaligus pendesakkan kepada presiden Soekarno di Rengasdengklok , sebuah gebrakan pemuda untuk sebuah kemerdekaan Repulik Indonesia yang telah lama dicita-citakan masyarakat Indonesia.
Tidak hanya berhenti sampai kemerdekaan Indonesia semata, pergerakan mahasiswa Indonesia tetap berlanjut pada tahun 1965 sampai tahun 1966. Pasca kemerdekaan, muncullah berbagai organisasi perherakan mahasiswa yang berawal dari organisasi mahasiswa di Sekolah Tinggi Islam di Yogyakarta yang bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Selain organisasi tersebut dibentuklah Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI) yang didirikan melalui kongres mahasiswa di Malang. Tidak hanya itu, pada waktu yang bersamaan terbentuk pula organisasi mahasiswa antara lain Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang berhaluan pada ideologi Marhaenisme Soekarno, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (GAMSOS) yang lebih cenderung ke ideologi Sosialisme Marxist, dan Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) yang lebih berpandangan komunisme sehingga cenderung lebih dekat dengan PKI (Partai Komunis Indonesia). Berawal dari kemenangan PKI pada pemilu 1955, organisasi CGMI cenderung lebih terlihat dominan dibandingkan denga organisasi lainnya, namun justru menjadi cikal bakal perpecahan pergerakan mahasiswa pada saat itu. Hal ini terjdi karena kecenderungan CGMI terhadap PKI yang justru dipenuhi oleh berbagai kepentingan politik PKI.
Organisasi CGMI yang menjadi boneka politik PKI pada akhirnya semakin menjadi-jadi, serangan yang dilakukan secara terus menerus terhadap organisasi mahasiswa lainnya yang secara ideology bertentangan dengan ideology mereka. Pada akhirnya organisasi mahasiswa yang terdiri dari HMI, GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), PMKRI, PMII, Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI) sepakat untuk membentuk KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). Dimana tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan.
Berawal dari semangat kolektifitas mahasiswa secara nasional inilah perjuangan mahasiswa yang dikenal sebagai gerakan angkatan ‘66 inilah yang kemudian mulai melakukan penentangan terhadap PKI dan ideologi komunisnya yang mereka anggap sebagai bahaya laten negara dan harus segera dibasmi dari bumi nusantara. Namun, di tengah semangat idealisme mahasiswa pada saat itu timbullah kepada mereka beberapa godaan yang pada akhirnya melunturkan idealisme perjuangan mereka, dimana setelah masa orde lama berakhir, mereka yang dulunya berjuang untuk menruntuhkan PKI mendapatkan hadiah oleh pemerintah yang sedang berkuasa dengan disediakan kursi MPR dan DPR serta diangkat menjadi pejabat pemerintahan oleh penguasa orde baru.
Ditengah gelombang peruntuhan idealime mahasiswa tersebut, ternyata ada sesosok mahasiswa yang sangat dikenal idealismenya hingga saat ini dan sampai sekarang tetap menjadi panutan para aktivis mahasiswa di Indonesia, yaitu Soe Hok Gie. Seuntai kalimat inspiratif yang dituturkan oleh Soe Hok Gie yang sampai sekarang menjadi inspirasi perjuangan mahasiswa di Indonesia, secara lantang ia mengatakan kepada kawan - kawan seperjuangannya yang telah berbelok idealimenya dengan kalimat “lebih baik terasingkan daripada hidup dalam kemunafikan”.
Pada periode 1974, mahasiswa berkonfrontasi dengan pihak militer yang mereka anggap telah menjadi alat penindas bagi rakyat. Perlawanan di tahun 1974 bermula karena dinaikkannya harga Bahan Bakar Minyak (BBM), serta isu pemberantasan korupsi yang digalakkan mahasiswa kepada pemerintahan agar secara tegas menindak koruptor yang terdiri dari pejabat pemerintahan. Bersamaan deng isu ini maka muncullah gerakan yang sering disebut “Mahasiswa Menggugat”.
Protes akan kedua isu ini semakin berkembang ketika harga kebutuhan semakin melambung tinggi sekaligus korupsi dikalangan pejabat semakin banyak. Protes ini dikenal dengan peristiwa Malari tahun 1974. Melalui peristiwa inilah kemudian lahir tuntutan baru yaitu Bubarkan Asisten Pribadi dan Turnkan Harga.
Pada masa tahun 1978, kemudian gerakan mahasiswa mulai dimatikan oleh pemerintahan, yaitu semenjak terpilihnya Soeharto untuk ketiga kalinya. Guna meredam sikap kritis mahasiswa dikeluarkanlah Kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) melalui SK No.0156/U/1978. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi rezim pada saat itu. Bukan hanya itu, bahkan pemerintah Orde Baru, Soeharto kembali mengeluarkan kebijakan terkait organisasi dewam mahasiswa dengan digantikan struktur organisasi yang disebut Badan Koordinasi Kampus (BKK) berdasarkan Surat Keputusan menteri P&K No.037/U/1979 kebijakan ini membahas tentang Bentuk Susunan Lembaga Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi, dan dimantapkan dengan penjelasan teknis melalui Instruksi Dirjen Pendidikan Tinggi tahun 1978 tentang pokok-pokok pelaksanaan penataan kembali lembaga kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.
Melalui kebijakan inilah secara praktis, kondisi kehidupan mahasiswa dalam melakukan pergerakan politik menjadi lumpuh, yang kemudian pada akhirnya menyebabkan mahasiswa hanya berfokus kepada urusan akademik semata dan cenderung bersikap apatis. Sehingga pada saat itu kondisi rezim semakin kuat dan tegak berdiri tanpa ada yang mengawal serta mengkritisi segala kebijakan pemerintahan orde baru pada saat itu.
Gerakan mahasiswa tahun 1977/1978 kembali dilakukan oleh mahasiswa namun gerakannya hanya terfokus kepada skala kecil dalam kampus karena gerakan mahasiswa sangatlah dibatasi oleh pemerintahan orde baru. Pada tanggal 28 Oktober 1977, delapan ribu anak muda di depan kampus ITB. Mereka berikrar satu suara, “Turunkan Suharto!”. Namun keesokan harinya semua yang berteriak pada aksi itu, raib dijebloskan ke terali besi. Kampus segera berstatus darurat perang. Namun, sekejap kembali tentram.
Pada peringatan Hari Pahlawan 10 November 1977 gerakan mahasiswa kembali aksi turun kejalan. Di Surabaya dipenuhi tiga ribu mahasiswa berkumpul kemudian berjalan kaki menuju Tugu Pahlawan. Hari pahlawan dianggap sebagai moment yang tepat untuk membangkitkan nurani yang hilang. Sementara di kota-kota lain, peringatan hari Pahlawan juga semarak. Di Jakarta, 6000 mahasiswa berjalan kaki lima kilometer dari Rawamangun (kampus IKIP/UNJ) menuju Salemba (kampus UI), membentangkan spanduk,”Padamu Pahlawan Kami Mengadu”.
Gejolak yang terjadi pada tahun 1980 kembali disuarakan mahasiwa berawal mula dengan konsolidasi gerakan mahasiwa dengan isu penurunan Soeharto. Tahun 1990 pun tuntutan Soeharto mundur dari kursi pemerintahan kembali digencarkan.
Pada akhirnya ditahun 1997-1998 didorong oleh keadaan politik serta krisis ekonomi yang sedang mengalami keterpurukan akibat krisis moneter yang dialami Indonesia membuat perekonomian terguncang hebat. Hal ini tentu saja sangat mengejutkan masyarakat Indonesia, khususnya mahasiswa yang akhirnya animo pergerakannya mulai bangkit setelah sebelumnya mengalami mati suri yang cukup panjang. Sehingga pada akhirnya timbullah berbagai aksi demonstrasi besar-besaran. Demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh mahasiswa pun akhirnya semakin merebak dan meluas. Di Jakarta sendiri, ribuan mahasiswa telah berhasil menduduki gedung MPR/DPR RI pada tanggal 19 Mei 1998. Atas berbagai tekanan yang terjadi itulah akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.00, presiden RI pada saat itu, yaitu Soeharto resmi mengundurkan diri dan era Reformasi pun dimulai dengan diawali oleh runtuhnya rezim Orde Baru.
Tidak hanya berhenti sampai dengan tahun 1998 saja, pergerkkan mahasiswa terus hidup seperti halnya tahun 2001 jatuhnya presiden Abdurahman Wahid, serta tahun 2003 berupa perlawanan atas rezim Mega yang tidak berpihak pada rakyat.
Fungsi Mahasiswa
Peradaban bangsa mengalami perubahan tak lain karena ada peran pemuda mahasiswa di dalamnya. Catatan sejarah tersebut setidaknya telah menjadi bukti bahwa mahasiswa selalu menempatkan diri dalam setiap perubahan historik dan patriotik di negeri ini. Dalam setiap masa mahasiswa memiliki fungsi-fungsi dominan dalam perannya sebagai garda depan perubahan bangsa, diantara funsi tersebut adalah:
    Ø Agent Of Change (Fungsi Pembaharuan)
Sebagai fungsi pembaharu yang menjadi agen setiap perubahan peradaban kehidupan bangsa khususnya di Indonesia. Setidaknya catatan sejarah panjang perjuangan bangsa telah membuktikan bahwasannya mahasiswa selalu menjadi garda depan peradaban bangsa.
    Ø Iron Stock (Fungsi Investasi Masa Depan)
ü Investasi Kepemimpinan masa depan
ü Investasi intelektual profesional pada disiplin ilmunya
    Ø Direct of Change (Fungsi Perubahan)
    Ø Moral Force (Fungsi Moral)
Kekuatan moral mahasiswa dalam berjuang pada intinya apa yang ia buat adalah semata - mata berlandaskan pada gerakan moral yang menjadi idealismenya dalam berjuang, yang kedua adalah kekuatan intelektualitasnya, melalui ilmu pengetahuan yang ia raih di bangku pendidikan, senantiasa ingin mengaplikasiakan segenap keilmuannya untuk gerakan moral dan pengabdian kepada masyarakat, karena bagi seorang mahasiswa ilmu merupakan suatu amanah dan tanggung jawab yang harus diamalkan, yang ketiga adalah mahasiswa sebagai seorang pemuda memiliki semangat dan jiwa muda yang merupakan karakter alami yang pasti dimiliki oleh setiap pemuda secara biologis, dimana melingkupi kekuatan otak dan fisik yang bisa dikatakan maksimal, lalu kratifitas, responsifitas, serta keaktifannya dalam membuat inovasi yang sesuai dengan bidang keilmuannya.
   Ø Sosial Control (Fungsi Kontrol Sosial)
Dalam menjalankan fungsinya sebagai sosial kontrol mahasiswa dalam hal ini memiliki peranan yang sangat vital keberadaannya sebagai pengawal serta pengawas terhadap segala kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah.
Mahasiswa merupakan sosok insan akademis yang sedang menjalankan aktifitas pendidikan yang terbilang tinggi sehingga ilmu yang mereka didapatkan merupakan sebuah senjata pamungkas untuk mengabdikan diri kepada masyarakat. Secara biologis pemuda memiliki kondisi yang fresh untuk berpikir dan bertindak secara fisik. Mahasiswa sebagai pemuda juga memiliki keingintahuan dan sikap kritis yang tinggi terhadap kondisi di sekitarnya, dan dengan modal intelektualitas yang dimilikinya, mahasiswa senantiasa mampu untuk memperjuangkan kondisi sosial yang dilihatnya agar menjadi lebih ideal dan dinamis.
Tujuan Gerakan Mahasiswa
Sejak dahulu hingga saat ini, mahasiswa bergerak bukan hanya tanpa tujuan. Pergerakan yang dilakukan oleh mahasiswa memiliki berbagai tujuan yang dijadikan pemacu mahasiswa untuk selalu bergerak sekaligus sebagai pembentuk idealisme, diantara tujuan dari gerakan mahasiswa itu diantaranya adalah: 
     Mendorong Terciptanya Pemerintahan Yang Baik dan Bersih (good governance)
Bagaimanapun kondisi pemerintahan yang baik dan bersih adalah kondisi yang sanagat ideal untuk mendukung terciptanya masyarakat madani dan sejahtera. Oleh karena itulah gerakan mahasiswa memiliki tujuan mengawal segala kebijakan terkait pemerintahan agar pemeriintahan yang berjalan tidak semata permainan politik busuk atau hanya politik pencitraan semata.
    Mencerdaskan Masyarakat dalam Bidang Politik
Dalam konteks Negara demokrasi bukan merupakan hal yag tabu apabila masyarakat memahami politik secara bersih, oleh karenanya gerkan mahasiswa juga bertujuan mencerdaskan masyarakat dalam bidang politik
    Mengkritisi Kebijakan Pemerintah
Kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan sudah sepatutnya dikawal serta dikritisi terkait dampak yang akan terjadi apabila kebijakan itu diberlakukan, penilaian kebijakan pemerintahan itu pula terkait dengan keadilan serta kesejahteraan rakyat.
Pada akhirnya sejarah gerakan mahasiswa sudah selayaknya kita jadikan sebagai bahan refleksi kita semua khususnya yang sekarang menjadi seorang mahasiswa bahwa inilah sebenarnya peran dan tanggung jawab kita sebagai pemuda mahasiswa yang telah ditunjukkan oleh para pendahulu kita yang sudah terlebih dahulu menancapkan tombak perubahannya di negeri ini. Lantas kita yang seharusnya melanjutkan perjuangan mereka, saat ini seperti apakah hari ini kita berbuat???
Sudah menjadi sebuah keharusan bagi kita sebagai mahasiswa, untuk kemudian tidak hanya diam dan hanya menjadi penonton semata setiap perubahan, ataupun kebijakan yang ada. Menjadi tanggung jawab besar yang telah ada pada pundak kita untuk kemudian tidak hanya sikap apatis, anti politik atau hanya study oriented saja!!!!
Maka Teruskan perjalanan ini dengan tenaga dan kakimu sendiri. Dada bumi cukup luas untuk menerima kehadiranmu. Penuhilah segenap udara ini dengan kegiatan dan ketekunan, sungguh dan penuh. Hadapilah tugas mahaberat ini dengan jiwa besar, dengan dayajuang api semangat yang nyalanya kuat dan keras. Pupuklah Ruhul-Jihad, semangat revolusioner, radikal dan progressif dalam jiwamu, dan bertindaklah dengan perhitungan yang nyata dan pertimbangan yang matang.
Jangan pernah Takut dalam berjuang, karena perubahan hanya soal waktu (Soe Hok Gie)
Kedzaliman penguasa menjadi kenyataan maka perlawanan menjadi keharusan !!!!!!!
HIDUP MAHASISWA !!!!

KURSI PANAS 2014 ??


            Berbicara sebuah kursi pasti setiap orang sudah membayangkan betapa empuknya duduk diatasnya. Karena kursi ini akan memberikan sebuah kenikmatan tersendiri bagi pemilikinya, kursi ini adalah kursi jabatan yang menjadi rebutan orang banyak. Duduk di atasnya sambil menggut-manggut dan mengelus jengot semua keingginan bisa terpenuhi. Semakin tinggi kursi yang dududukinya maka pengaruh kekuasaan, kekayaan, dan fasilitas lainya akan gampang untuk diraih.  Jadi bukan suatu hal yang aneh jika kursi yang satu ini sering menjadi rebutan.
            Tahun 2013 adalah tahun yang sangat penting bagi kancah perpolitikan nasional. Karena bagi para politikus-politikus, tahun ini adalah musim tanam yang akan di panen di tahun 2014. Maka tahun ini sangat penting dan krusial sekali bagi mereka pengejar kursi. Sehingga saat ini mereka sudah mulai memilih bibit, membajak sawah, menabur pupuk dan akhirnya sampai pada proses penanaman yang di tahun 2013 ini sudah mulai dilakukan sesuai dapil yang mereka dapat. Kegiatan itu kini mulai rutin dilakuakan ditengah-tengah masyarakat baik dari pemain lama maupun pemain baru. Dari janji sampai bagi-bagi aspal, batu, semen, uang, baju bahkan kalender berfoto mereka sudah lakukan demi sebuah kursi.
Apa yang mereka lakukan ini semata-mata untuk meraih hasil yang maksimal menjadi seorang pemimpin yang mewakili suara rakyat. Padahal sebagian para anggota dewan terhormat ini, belum banyak yang mengetahui hakikat seorang pemimpin itu seharusnya seperti apa. Seringkali orang lupa, bahwa kursi menurut Islam identik dengan tanggungjawab yang berat, baik kepada yang dipimpin maupun kepada Allah.
Rasulullah telah mengingatkan “Setiap kamu adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung-jawaban atas orang yang dipimpinya. Seorang Abu Bakar yang memiliki gelar sangat masyur As Shiddiq (yang dapat dipercaya) beliau pernah menangis ketika dibaiat menjadi seorang pengganti Rasulullah. Dalam tangisnya Abu Bakar berkata, “Jawaban apakah yang harus aku berikan ketika Allah meminta pertanggung-jawabanku di hari kiamat nanti”. Karena Abu Bakar sadar, semakin tinggi jabatan yang dipangku seamakin berat pula tanggung jawab yang harus dipikul.
Bahkan Rasulullah sangat tidak suka pada orang yang berambisi menduduki suatu jabatan. Karena beliau tahu, orang yang berambisi meraih suatu jabatan bila diberi kedudukan akan bertindak zalim. Mementingkan diri sendiri atau kelompoknya dan mengorbankan kemaslahatan umum. Dinisini bisa kita lihat bagaimana Rasulullah dalam memberikan suatu jabatan kepada para sahabat, Baliau tidak asal tunjuk saja. Akan tetapi beliau benar-benar mempertimbangkan kemampuanya, karena baliau telah menegaskan, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka nantikanlah kehancuranya.”
Sudah menjadi kebiasaan para salafussaleh, bila diberi jabatan selalu menolak. Ini karena mereka mengingat bertapa beratnya sebuah tanggungjawab yang harus dipikul, baik di dunia maupun di akhirat. Anehnya di Negara kita ini jabatan malah menjadi rebutan. Walaupun tidak disertai dengan keilmuan yang mencukupi, akan tetapi mereka tetap berambisi mendudukinya. Inilah karena kursi atau kedudukan yang mereka kejar menjanjikan kemudahan dan masa depan yang serba kecukupan, sehingga motivasi mereka hanya fasilitas yang sudah terbayang dalam benaknya bukan tanggung jawabnya. Sehinga kekayaanlah yang mereka cari untuk diri sendiri bukan kemaslahatan umum. Dan pandangan ini beda dengan zaman dulu, bagaiman seorang pemimpin itu. Mereka tidak memperkaya diri mereka sendiri akan tetapi mereka tetap hidup secara sederhana.
Dikarena suatu ambisi yang tinggi akan suatu jabatan di zaman modern ini sudah sangat langka sekali, bahkan sama sekali tidak akan pernah terdengar lagi orang beristigfar lantaran mendapatkan kedudukan. Apalagi menangis, karena takut akan amanah yang berat ini. Maka 2013-2014 ini kita selaku masyarakat harus berhati-hati akan tipu-menipu yang akan dilakukan para penebar janji-janji semu. Mari memilih pemimpin yang benar-benar dia layak untuk dipilih, dan yang bisa mempertanggungjawabkan  amanahnya. Janganlah kita memilih pemimpin yang memberi uang berapa lembar saja, karena orang-orang seperti itulah yang akan menyengsarakan masyarakat dan merusak Negara ini.