Berbicara
sebuah kursi pasti setiap orang sudah membayangkan betapa empuknya duduk diatasnya. Karena kursi ini akan memberikan sebuah kenikmatan
tersendiri bagi pemilikinya, kursi ini adalah kursi jabatan yang menjadi
rebutan orang banyak. Duduk di atasnya sambil menggut-manggut dan mengelus
jengot semua keingginan bisa terpenuhi. Semakin tinggi kursi yang dududukinya
maka pengaruh kekuasaan, kekayaan, dan fasilitas lainya akan gampang untuk
diraih. Jadi bukan suatu hal yang aneh
jika kursi yang satu ini sering menjadi rebutan.
Tahun
2013 adalah tahun yang sangat penting bagi
kancah perpolitikan nasional. Karena bagi para politikus-politikus, tahun ini adalah musim tanam yang akan di panen di tahun 2014. Maka tahun ini
sangat penting dan krusial sekali bagi mereka
pengejar kursi. Sehingga saat ini mereka sudah mulai memilih
bibit, membajak sawah, menabur pupuk dan akhirnya
sampai pada proses penanaman yang di tahun 2013 ini
sudah mulai dilakukan sesuai dapil yang mereka dapat. Kegiatan itu kini mulai
rutin dilakuakan ditengah-tengah masyarakat baik dari pemain lama maupun pemain
baru. Dari janji sampai bagi-bagi aspal, batu, semen, uang, baju bahkan kalender
berfoto mereka sudah lakukan demi sebuah kursi.
Apa yang mereka lakukan
ini semata-mata untuk meraih hasil yang maksimal menjadi seorang pemimpin yang
mewakili suara rakyat. Padahal sebagian para anggota
dewan terhormat ini, belum banyak yang mengetahui hakikat seorang pemimpin itu
seharusnya seperti apa. Seringkali orang lupa, bahwa kursi menurut Islam identik dengan
tanggungjawab yang berat, baik kepada yang dipimpin maupun kepada Allah.
Rasulullah telah
mengingatkan “Setiap kamu adalah pemimpin yang akan dimintai
pertanggung-jawaban atas orang yang dipimpinya. Seorang Abu Bakar yang memiliki gelar sangat masyur
As Shiddiq (yang dapat dipercaya) beliau pernah menangis ketika dibaiat menjadi
seorang pengganti Rasulullah. Dalam tangisnya Abu Bakar berkata, “Jawaban
apakah yang harus aku berikan ketika Allah meminta pertanggung-jawabanku di
hari kiamat nanti”. Karena Abu Bakar sadar, semakin tinggi jabatan yang
dipangku seamakin berat pula tanggung jawab yang harus dipikul.
Bahkan Rasulullah
sangat tidak suka pada orang yang berambisi menduduki suatu jabatan. Karena
beliau tahu, orang yang berambisi meraih suatu jabatan bila diberi kedudukan
akan bertindak zalim. Mementingkan diri sendiri atau kelompoknya dan
mengorbankan kemaslahatan umum. Dinisini
bisa kita lihat bagaimana Rasulullah dalam memberikan suatu jabatan kepada para
sahabat, Baliau tidak asal tunjuk saja. Akan tetapi beliau benar-benar
mempertimbangkan kemampuanya, karena baliau telah menegaskan, “Apabila suatu
urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka nantikanlah kehancuranya.”
Sudah menjadi kebiasaan
para salafussaleh, bila diberi jabatan selalu menolak. Ini karena mereka
mengingat bertapa beratnya sebuah tanggungjawab yang harus dipikul, baik di
dunia maupun di akhirat. Anehnya di Negara kita ini jabatan malah menjadi
rebutan. Walaupun tidak disertai dengan keilmuan yang mencukupi, akan tetapi
mereka tetap berambisi mendudukinya. Inilah
karena kursi atau kedudukan yang mereka kejar menjanjikan kemudahan dan masa
depan yang serba kecukupan, sehingga motivasi mereka hanya fasilitas yang sudah
terbayang dalam benaknya bukan tanggung jawabnya. Sehinga kekayaanlah yang
mereka cari untuk diri sendiri bukan kemaslahatan umum. Dan pandangan ini beda
dengan zaman dulu, bagaiman seorang pemimpin itu. Mereka tidak memperkaya diri
mereka sendiri akan tetapi mereka tetap hidup secara sederhana.
Dikarena suatu ambisi
yang tinggi akan suatu jabatan di zaman modern ini sudah sangat langka sekali, bahkan sama sekali tidak akan
pernah terdengar lagi orang beristigfar
lantaran mendapatkan kedudukan. Apalagi menangis, karena takut akan amanah yang
berat ini. Maka 2013-2014 ini kita selaku masyarakat harus berhati-hati akan
tipu-menipu yang akan dilakukan para penebar janji-janji semu. Mari memilih
pemimpin yang benar-benar dia layak untuk dipilih, dan yang bisa
mempertanggungjawabkan amanahnya.
Janganlah kita memilih pemimpin yang memberi
uang berapa lembar saja, karena orang-orang seperti itulah yang akan
menyengsarakan masyarakat dan merusak Negara ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar