Senin, 29 April 2013

KURSI PANAS 2014 ??


            Berbicara sebuah kursi pasti setiap orang sudah membayangkan betapa empuknya duduk diatasnya. Karena kursi ini akan memberikan sebuah kenikmatan tersendiri bagi pemilikinya, kursi ini adalah kursi jabatan yang menjadi rebutan orang banyak. Duduk di atasnya sambil menggut-manggut dan mengelus jengot semua keingginan bisa terpenuhi. Semakin tinggi kursi yang dududukinya maka pengaruh kekuasaan, kekayaan, dan fasilitas lainya akan gampang untuk diraih.  Jadi bukan suatu hal yang aneh jika kursi yang satu ini sering menjadi rebutan.
            Tahun 2013 adalah tahun yang sangat penting bagi kancah perpolitikan nasional. Karena bagi para politikus-politikus, tahun ini adalah musim tanam yang akan di panen di tahun 2014. Maka tahun ini sangat penting dan krusial sekali bagi mereka pengejar kursi. Sehingga saat ini mereka sudah mulai memilih bibit, membajak sawah, menabur pupuk dan akhirnya sampai pada proses penanaman yang di tahun 2013 ini sudah mulai dilakukan sesuai dapil yang mereka dapat. Kegiatan itu kini mulai rutin dilakuakan ditengah-tengah masyarakat baik dari pemain lama maupun pemain baru. Dari janji sampai bagi-bagi aspal, batu, semen, uang, baju bahkan kalender berfoto mereka sudah lakukan demi sebuah kursi.
Apa yang mereka lakukan ini semata-mata untuk meraih hasil yang maksimal menjadi seorang pemimpin yang mewakili suara rakyat. Padahal sebagian para anggota dewan terhormat ini, belum banyak yang mengetahui hakikat seorang pemimpin itu seharusnya seperti apa. Seringkali orang lupa, bahwa kursi menurut Islam identik dengan tanggungjawab yang berat, baik kepada yang dipimpin maupun kepada Allah.
Rasulullah telah mengingatkan “Setiap kamu adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggung-jawaban atas orang yang dipimpinya. Seorang Abu Bakar yang memiliki gelar sangat masyur As Shiddiq (yang dapat dipercaya) beliau pernah menangis ketika dibaiat menjadi seorang pengganti Rasulullah. Dalam tangisnya Abu Bakar berkata, “Jawaban apakah yang harus aku berikan ketika Allah meminta pertanggung-jawabanku di hari kiamat nanti”. Karena Abu Bakar sadar, semakin tinggi jabatan yang dipangku seamakin berat pula tanggung jawab yang harus dipikul.
Bahkan Rasulullah sangat tidak suka pada orang yang berambisi menduduki suatu jabatan. Karena beliau tahu, orang yang berambisi meraih suatu jabatan bila diberi kedudukan akan bertindak zalim. Mementingkan diri sendiri atau kelompoknya dan mengorbankan kemaslahatan umum. Dinisini bisa kita lihat bagaimana Rasulullah dalam memberikan suatu jabatan kepada para sahabat, Baliau tidak asal tunjuk saja. Akan tetapi beliau benar-benar mempertimbangkan kemampuanya, karena baliau telah menegaskan, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka nantikanlah kehancuranya.”
Sudah menjadi kebiasaan para salafussaleh, bila diberi jabatan selalu menolak. Ini karena mereka mengingat bertapa beratnya sebuah tanggungjawab yang harus dipikul, baik di dunia maupun di akhirat. Anehnya di Negara kita ini jabatan malah menjadi rebutan. Walaupun tidak disertai dengan keilmuan yang mencukupi, akan tetapi mereka tetap berambisi mendudukinya. Inilah karena kursi atau kedudukan yang mereka kejar menjanjikan kemudahan dan masa depan yang serba kecukupan, sehingga motivasi mereka hanya fasilitas yang sudah terbayang dalam benaknya bukan tanggung jawabnya. Sehinga kekayaanlah yang mereka cari untuk diri sendiri bukan kemaslahatan umum. Dan pandangan ini beda dengan zaman dulu, bagaiman seorang pemimpin itu. Mereka tidak memperkaya diri mereka sendiri akan tetapi mereka tetap hidup secara sederhana.
Dikarena suatu ambisi yang tinggi akan suatu jabatan di zaman modern ini sudah sangat langka sekali, bahkan sama sekali tidak akan pernah terdengar lagi orang beristigfar lantaran mendapatkan kedudukan. Apalagi menangis, karena takut akan amanah yang berat ini. Maka 2013-2014 ini kita selaku masyarakat harus berhati-hati akan tipu-menipu yang akan dilakukan para penebar janji-janji semu. Mari memilih pemimpin yang benar-benar dia layak untuk dipilih, dan yang bisa mempertanggungjawabkan  amanahnya. Janganlah kita memilih pemimpin yang memberi uang berapa lembar saja, karena orang-orang seperti itulah yang akan menyengsarakan masyarakat dan merusak Negara ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar