Disuatu pagi yang tak begitu carah itu, seekor burung yang penuh
segala kekurangan terbangan rendah di atas dahan-dahan yang merangas
oleh panasnya matahari dunia yang membakar segala isi bumi. Ketika
burung itu terbangan kemana-mana mencari tempat pesinggahan berteduh
dari sengatan matahari, burung itu belum juga menemukan tempat yang dia
harapkan meskipun matahari hampir di pujuk umbun-umbun dia. Setelah lama
kelama’an burung itu terbang hingga sayapnya yang tak sempurna itu
sudah merasa capek bahkan sangat capek sekali, ditemukanlah sebuah pohon
yang berdiri dengan kokoh, indah, dan menyejukan didekat makam tua yang
angker. Maka singgahlah burung itu pada salah satu ranting pohon itu,
dengan harapan mendapatkan penyejuk hati, penyejuk badan dan penenang
fikiran dari terjangan angin dunia yang membawa hawa kepnasan matahari.
Akan
tetapi haran-haran yang tinggi dari burung itu hanyalah mimpi-mimpi
belakang saja. Ketika saat dia menikmati dunia yang beberapa saat di
dapatkanya itu, tiba-tiba datanglah angina besar yang menguncang
persinggahanya, sehingga penyejuk badan, penyejuk hati, dan penenang
fikiran yang beberapa saat itu bisa di rasakan hilang dan terbawa dalam
terjangan angin dunia yang begitu keras dan yang mampu merobohkan isi
dunia yang tak mempunyai kekuatan apa-apa.
Seketika setelah
kejadian maut itu burung pun terdiam tak berdaya di atas batu nisan
dekat pohon kokoh itu berdiri. Dikesendirian hidupnya dia merenung dalam
kesepian, seandainya aku yang berada dalam batu nisan ini, pasti aku
tak akan susah mencari ketenangan dunia ini karena aku akan tenang dalam
lindungan nisan yang kokoh dan tak mungkin terkena terjangan angina
dunia yang menghancurkan. Burung itu berkata dalam nada penyesalan,
apakah ini sudah menjadi takdir Penguasa alam ini sehinga aku tak dapat
mendapatkan kehidupa Ku seperti yang lainya, apakah kekurangan aku ini
memang sudah menjadi suatu hal yang tak dapat diterima dimana aku
berada, pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus melanda hatinya kian
lama kian tertanam dengan subur dalam perasaan hati kecilnya. Yang
akhirnya membuat hidupnya menjadi tak tenang dalam menjalani kehidupan
dunianya, sehinga burung itu mati dalam kesendirian jiwa yang tak
menuntunya untuk bangkit dalam keterpurukan.
Selasa, 30 April 2013
Mulianya hati seorang ibu
“Hari telah larut malam suasana sangat hening, dan para insane sudah terlarut dalam tidurnya. Yang terdengar hanyalah suara binatang malam yang bersautan walaupun tidak bias membangunkan manusia yang telah tertidur terlelap dalam buain mimpinya. Tiba-tiba keheningan malam itu pun terpecah oleh tangisan bayi munggil di sebuah rumah pedesaan. Sang ibu yang telah terlelap pun bangun dan bergegas menghampiri buah hatinya. Rasa kantuk sang ibu pun hilang sudah. ‘Oo pipis ya?’ si ibu berucap sendiri sembari menganti pakaian anaknya yang basah. Setelah itu didekapnya kembali si buah hati agar berhenti menangis dan tertidur kembali.”
Kisah ini adalah kisah nyata yang pasti dialami seorang ibu yang sedang mempunyai bayi munggil, dan tentunya hamper semua ibu yang mempunyai bayi munggil pasti akan mengalaminya. Dari sini coba kita renungkan kembali betapa besarnya penderitaan seorang ibu, bagaimana berat dan tersiksanya beliau mengandung anaknya berbulan-bulan. Betapa sakitnya saat melahirkan, dan sang ibu berada diantara dua pilihan antara hidup dan mati demi buah hati tercintanya, Berat dan susahnya ketika menyusui. Ia jaga buah hatinya lebih dari menjaga kesehatanya dan keselamatan dirinya. Tengah malam sang ibu selalu menemani bobok si buah hati dalam dekapan hangat kasih sayangnya.
Curah cinta dan kasih sayang dilimpahkan tanpa pamrih kepada buah hatinya, agar sang anak tatap gembira dan bahagia. Segala jerih payah, penderitan, dan rintangan semata-mata diterjang hanya untuk mengantarkan buah hatinya agar tumbuh menjadi sukses meraih kabahagiaan dunia dan akhirat. Tangan sang ibu memberi banyak member banyak arti dalam tiap lembar kehidupan anaknya. Saat buah hati ketakutan dalam gelapnya malam yang mencekam, dengan penuh perlindungan didekapnya dengan penuh kehangatan, dan dibisikanya kalimat tauhid yang akan tetap terukir indah dalam lubuk hatinya. Sembari berkata “jangan takut anakku, bukan gelapnya malam yang pantas kau takuti, tapi Allah Tuhan sekalian manusia. Nah sekarang hilangkan ketakutanmu karena Allah senantiasa melihatmu dan melindungimu”. Bisikan itulah yang selalu membekas dalam ingatan yang manis dan memberika keberanian dan ketenangan kepada buah hatinya. Begtu pula ketika kita sudah beranjak dewasa ketika hati sedang dilanda duka dan problematika yang tidak biasa dipecahkan sang anak. Ibu pun mengerti akan “kesumpekan” itu dengan penuh perhatian di dengarkanya segala unek-unek kita dan digenggamnya tangan kita untuk member motivasi bahwa dalam hidup jangan ada kata menyerah dan putus asa. Sungguh kata-kata ibu itu membuat kitamenjadi pribadi yang tegar, sangat besar jasa ibu kepada kita semua sehingga tidak terhitung lagi apa yang sudah beliau korbankan untuk kita semua.
Coba kita renugkan kembali segala sikap dan tingkah laku kita kepada pahlawan kita. Perbuatan yang kita sadari maun tidak kita sadari , seringkali kita melakukan hal-hal yang membuat hati ibu kita sakit dengan bantah-bantahan kecil yang mungkin bagi kita itu tidak apa-apa, Namun itu sebenarnya sangat menyakitkan bagi sang ibu. Padahal beliau mengasuh kita sejak bayi dan memelihara kia sampai beranjak dewasa, semua jerih payah ibu sudah kita telah minum dan reguk sepuasnya. Bila kita sakit di malam hari, hati ibu gundah dan merasakan sakit yang di derita kita. Ibu tak biasa memejamkan mata sekan-akan beliau sendiri yang sakit. Air mata beliau berlinang dan mengucur deras, hatinya takut ketika dijemput maut, kini setelah kita dewasa dan meraih apa yang kita cita-citakan, kita malah membalas dengan perbuatan yang sebaliknya. Kita perlakukan ibu seperti tetangga jauh, kadang malah menyalahkan dan bersikap kasar dengan membentaknya. Apakah pantas kita berbuat seperti itu? Pantas kita mengabaikan dan menyia-nyiakan kasih saying dan penderitaan ibu kita, hidup sudah di akhir hayat tanpa ada yang memelihara dan menyantuninya, Lalu dimana hati nurani kita?
Jika kita masih mempunyai hati nurani, atau setetes cinta kasi sayang yang kita miliki, maka mari jadi anak yang brbakti pada orang tua, jadi anak yang soleh/sholihah yang akan menjadi hiasan mata penyedap pandangan bagi ibu kita. Mari kita penuhi harapan yang didambakan pada kita sebagai anaknya. Kawan kita disini yang berada di Jogjakarta ini kita dikirim oleh orang tua kita bukan untuk main-main atau menghamburkan harta kekayaan orang tua kita, tapi kita disini dikirim dari kampung kita yang jauh nan disana untuk belajar biar bias mewujudkan cita-cita kita dan orang tua kita. Inggatlah wajah ibu kita ketika kita mau melakukan hal-hal yang bias merusak cita-cita kita, betapa tulus dan ikhlasnya beliau merawat dan menuntun kita untuk menjadi orang yang berguna. Dan buatlah bangga mereka bukan karena kita menjadi seorang sarjana dan menenteng ijasah kemana-mana tapi buatlah beliau bangga dan tersenyum lebar karena ilmu pengetahuan kita, kecerdasan kita dan karena kita bias berguna bagi Bangsa dan Negra tercinta ini.
Senin, 29 April 2013
Sepenggal Semangat Kemerdekaan
“Sejak dahulu hingga saat ini, pemuda merupakan pilar kebangkitan,
dalam setiap kebangkitan pemuda merupakan rahasia kekuatannya, dalam setiap
pemikiran pemuda merupakan pengibar panji-panjinya” (Hasan Al-Banna)
Pemuda adalah suatu generasi yang
dipundaknya terbebani berbagai macam – macam harapan, terutama dari generasi
lainnya. Hal ini dapat dipahami karena peran pemuda sebagai generasi penerus,
generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang
mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan.
Di dalam masyarakat, pemuda
merupakan satu identitas yang potensial. Kedudukannya yang strategis sebagai
penerus cita – cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan
bangsanya.
Sejarah
panjang perjuangan Bangsa ini
Pergerakan mahasiswa Indonesia
tidaklah terlepas dari sejarah panjang perjuangan merebut kembali kedaulatan
bangsa. Berawal dari tahun 1908 berdirilah sebuah organisasi kepemudaan,
organisasi yang dinamakan Budi Oetomo merupakan organisasi yang menghimpun
segenap kekuatan serta potensi seorang pemuda untuk kemudian diarahkan kepada
semangat nasionalisme untuk mengembalikan kedaulatan bangsa. Organisasi yang
didirikan oleh sekelompok mahasiswa yang belajar di lembaga pendidikan STOVIA
ini, merupakan wadah yang membentuk sikap kritis mahasiswa terhadap
kolonialisme Belanda yang sudah sepatutnya dilawan dan sudah selayaknya pula
rakyat dibebaskan dari segala bentuk pembodohan sertapenguasaan sumber daya
alam yang telah dilakukan oleh penjajah Belanda terhadap bangsa Indonesia.
Pada tahun 1928 peringatan sumpah
pemuda Indonesia, yang menjadi sebuah integritas perjuangan pemuda Indonesia,
dengan semangat nasionalisme yang teramat tinggi melahirkan sumpah sekaligus
janji yang menjadi bukti kecintaan pemuda terhadap bangsa Indonesia. Di tahun
1945 pun pemuda kembali membuktikan keberaniannya melalui peristiwa penculikan
sekaligus pendesakkan kepada presiden Soekarno di Rengasdengklok , sebuah
gebrakan pemuda untuk sebuah kemerdekaan Repulik Indonesia yang telah lama
dicita-citakan masyarakat Indonesia.
Tidak hanya berhenti sampai kemerdekaan
Indonesia semata, pergerakan mahasiswa Indonesia tetap berlanjut pada tahun
1965 sampai tahun 1966. Pasca kemerdekaan, muncullah berbagai organisasi
perherakan mahasiswa yang berawal dari organisasi mahasiswa di Sekolah Tinggi
Islam di Yogyakarta yang bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Selain
organisasi tersebut dibentuklah Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia
(PPMI) yang didirikan melalui kongres mahasiswa di Malang. Tidak hanya itu,
pada waktu yang bersamaan terbentuk pula organisasi mahasiswa antara lain
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang berhaluan pada ideologi
Marhaenisme Soekarno, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (GAMSOS) yang lebih
cenderung ke ideologi Sosialisme Marxist, dan Concentrasi Gerakan Mahasiswa
Indonesia (CGMI) yang lebih berpandangan komunisme sehingga cenderung lebih
dekat dengan PKI (Partai Komunis Indonesia). Berawal dari kemenangan PKI pada
pemilu 1955, organisasi CGMI cenderung lebih terlihat dominan dibandingkan
denga organisasi lainnya, namun justru menjadi cikal bakal perpecahan
pergerakan mahasiswa pada saat itu. Hal ini terjdi karena kecenderungan CGMI
terhadap PKI yang justru dipenuhi oleh berbagai kepentingan politik PKI.
Organisasi CGMI yang menjadi boneka
politik PKI pada akhirnya semakin menjadi-jadi, serangan yang dilakukan secara
terus menerus terhadap organisasi mahasiswa lainnya yang secara ideology
bertentangan dengan ideology mereka. Pada akhirnya organisasi mahasiswa yang
terdiri dari HMI, GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), PMKRI, PMII,
Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila
(Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI) sepakat untuk membentuk KAMI
(Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). Dimana tujuan pendiriannya, terutama agar
para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI menjadi lebih
terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan.
Berawal dari semangat kolektifitas
mahasiswa secara nasional inilah perjuangan mahasiswa yang dikenal sebagai
gerakan angkatan ‘66 inilah yang kemudian mulai melakukan penentangan terhadap
PKI dan ideologi komunisnya yang mereka anggap sebagai bahaya laten negara dan
harus segera dibasmi dari bumi nusantara. Namun, di tengah semangat idealisme
mahasiswa pada saat itu timbullah kepada mereka beberapa godaan yang pada
akhirnya melunturkan idealisme perjuangan mereka, dimana setelah masa orde lama
berakhir, mereka yang dulunya berjuang untuk menruntuhkan PKI mendapatkan
hadiah oleh pemerintah yang sedang berkuasa dengan disediakan kursi MPR dan DPR
serta diangkat menjadi pejabat pemerintahan oleh penguasa orde baru.
Ditengah gelombang peruntuhan
idealime mahasiswa tersebut, ternyata ada sesosok mahasiswa yang sangat dikenal
idealismenya hingga saat ini dan sampai sekarang tetap menjadi panutan para
aktivis mahasiswa di Indonesia, yaitu Soe Hok Gie. Seuntai kalimat inspiratif
yang dituturkan oleh Soe Hok Gie yang sampai sekarang menjadi inspirasi
perjuangan mahasiswa di Indonesia, secara lantang ia mengatakan kepada kawan -
kawan seperjuangannya yang telah berbelok idealimenya dengan kalimat “lebih
baik terasingkan daripada hidup dalam kemunafikan”.
Pada periode 1974, mahasiswa
berkonfrontasi dengan pihak militer yang mereka anggap telah menjadi alat
penindas bagi rakyat. Perlawanan di tahun 1974 bermula karena dinaikkannya
harga Bahan Bakar Minyak (BBM), serta isu pemberantasan korupsi yang digalakkan
mahasiswa kepada pemerintahan agar secara tegas menindak koruptor yang terdiri
dari pejabat pemerintahan. Bersamaan deng isu ini maka muncullah gerakan yang
sering disebut “Mahasiswa Menggugat”.
Protes akan kedua isu ini semakin
berkembang ketika harga kebutuhan semakin melambung tinggi sekaligus korupsi
dikalangan pejabat semakin banyak. Protes ini dikenal dengan peristiwa Malari
tahun 1974. Melalui peristiwa inilah kemudian lahir tuntutan baru yaitu
Bubarkan Asisten Pribadi dan Turnkan Harga.
Pada masa tahun 1978, kemudian
gerakan mahasiswa mulai dimatikan oleh pemerintahan, yaitu semenjak terpilihnya
Soeharto untuk ketiga kalinya. Guna meredam sikap kritis mahasiswa
dikeluarkanlah Kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) melalui SK
No.0156/U/1978. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada
jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai
secara nyata dapat membahayakan posisi rezim pada saat itu. Bukan hanya itu,
bahkan pemerintah Orde Baru, Soeharto kembali mengeluarkan kebijakan terkait
organisasi dewam mahasiswa dengan digantikan struktur organisasi yang disebut
Badan Koordinasi Kampus (BKK) berdasarkan Surat Keputusan menteri P&K
No.037/U/1979 kebijakan ini membahas tentang Bentuk Susunan Lembaga Organisasi
Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi, dan dimantapkan dengan penjelasan
teknis melalui Instruksi Dirjen Pendidikan Tinggi tahun 1978 tentang
pokok-pokok pelaksanaan penataan kembali lembaga kemahasiswaan di Perguruan
Tinggi.
Melalui kebijakan inilah secara
praktis, kondisi kehidupan mahasiswa dalam melakukan pergerakan politik menjadi
lumpuh, yang kemudian pada akhirnya menyebabkan mahasiswa hanya berfokus kepada
urusan akademik semata dan cenderung bersikap apatis. Sehingga pada saat itu
kondisi rezim semakin kuat dan tegak berdiri tanpa ada yang mengawal serta
mengkritisi segala kebijakan pemerintahan orde baru pada saat itu.
Gerakan mahasiswa tahun 1977/1978 kembali dilakukan oleh
mahasiswa namun gerakannya hanya terfokus kepada skala kecil dalam kampus
karena gerakan mahasiswa sangatlah dibatasi oleh pemerintahan orde baru. Pada
tanggal 28 Oktober 1977, delapan ribu anak muda di depan kampus ITB. Mereka
berikrar satu suara, “Turunkan Suharto!”. Namun keesokan harinya semua yang
berteriak pada aksi itu, raib dijebloskan ke terali besi. Kampus segera
berstatus darurat perang. Namun, sekejap kembali tentram.
Pada peringatan Hari Pahlawan 10
November 1977 gerakan mahasiswa kembali aksi turun kejalan. Di Surabaya
dipenuhi tiga ribu mahasiswa berkumpul kemudian berjalan kaki menuju Tugu
Pahlawan. Hari pahlawan dianggap sebagai moment yang tepat untuk membangkitkan
nurani yang hilang. Sementara di kota-kota lain, peringatan hari Pahlawan juga
semarak. Di Jakarta, 6000 mahasiswa berjalan kaki lima kilometer dari Rawamangun
(kampus IKIP/UNJ) menuju Salemba (kampus UI), membentangkan spanduk,”Padamu
Pahlawan Kami Mengadu”.
Gejolak yang terjadi pada tahun 1980
kembali disuarakan mahasiwa berawal mula dengan konsolidasi gerakan mahasiwa
dengan isu penurunan Soeharto. Tahun 1990 pun tuntutan Soeharto mundur dari
kursi pemerintahan kembali digencarkan.
Pada akhirnya ditahun 1997-1998
didorong oleh keadaan politik serta krisis ekonomi yang sedang mengalami
keterpurukan akibat krisis moneter yang dialami Indonesia membuat perekonomian
terguncang hebat. Hal ini tentu saja sangat mengejutkan masyarakat Indonesia,
khususnya mahasiswa yang akhirnya animo pergerakannya mulai bangkit setelah
sebelumnya mengalami mati suri yang cukup panjang. Sehingga pada akhirnya
timbullah berbagai aksi demonstrasi besar-besaran. Demonstrasi besar-besaran
yang dilakukan oleh mahasiswa pun akhirnya semakin merebak dan meluas. Di
Jakarta sendiri, ribuan mahasiswa telah berhasil menduduki gedung MPR/DPR RI
pada tanggal 19 Mei 1998. Atas berbagai tekanan yang terjadi itulah akhirnya
pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.00, presiden RI pada saat itu, yaitu Soeharto
resmi mengundurkan diri dan era Reformasi pun dimulai dengan diawali oleh
runtuhnya rezim Orde Baru.
Tidak hanya berhenti sampai dengan
tahun 1998 saja, pergerkkan mahasiswa terus hidup seperti halnya tahun 2001
jatuhnya presiden Abdurahman Wahid, serta tahun 2003 berupa perlawanan atas
rezim Mega yang tidak berpihak pada rakyat.
Fungsi Mahasiswa
Peradaban bangsa mengalami perubahan
tak lain karena ada peran pemuda mahasiswa di dalamnya. Catatan sejarah
tersebut setidaknya telah menjadi bukti bahwa mahasiswa selalu menempatkan diri
dalam setiap perubahan historik dan patriotik di negeri ini. Dalam setiap masa
mahasiswa memiliki fungsi-fungsi dominan dalam perannya sebagai garda depan
perubahan bangsa, diantara funsi tersebut adalah:
Ø
Agent Of
Change
(Fungsi Pembaharuan)
Sebagai fungsi pembaharu yang
menjadi agen setiap perubahan peradaban kehidupan bangsa khususnya di
Indonesia. Setidaknya catatan sejarah panjang perjuangan bangsa telah
membuktikan bahwasannya mahasiswa selalu menjadi garda depan peradaban bangsa.
Ø
Iron Stock (Fungsi
Investasi Masa Depan)
ü
Investasi
Kepemimpinan masa depan
ü
Investasi
intelektual profesional pada disiplin ilmunya
Ø
Direct of
Change (Fungsi
Perubahan)
Ø
Moral Force (Fungsi Moral)
Kekuatan moral mahasiswa dalam
berjuang pada intinya apa yang ia buat adalah semata - mata berlandaskan pada
gerakan moral yang menjadi idealismenya dalam berjuang, yang kedua adalah
kekuatan intelektualitasnya, melalui ilmu pengetahuan yang ia raih di bangku
pendidikan, senantiasa ingin mengaplikasiakan segenap keilmuannya untuk gerakan
moral dan pengabdian kepada masyarakat, karena bagi seorang mahasiswa ilmu
merupakan suatu amanah dan tanggung jawab yang harus diamalkan, yang ketiga
adalah mahasiswa sebagai seorang pemuda memiliki semangat dan jiwa muda yang
merupakan karakter alami yang pasti dimiliki oleh setiap pemuda secara
biologis, dimana melingkupi kekuatan otak dan fisik yang bisa dikatakan
maksimal, lalu kratifitas, responsifitas, serta keaktifannya dalam membuat
inovasi yang sesuai dengan bidang keilmuannya.
Ø
Sosial Control (Fungsi Kontrol
Sosial)
Dalam
menjalankan fungsinya sebagai sosial kontrol mahasiswa dalam hal ini memiliki
peranan yang sangat vital keberadaannya sebagai pengawal serta pengawas
terhadap segala kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah.
Mahasiswa merupakan sosok insan
akademis yang sedang menjalankan aktifitas pendidikan yang terbilang tinggi
sehingga ilmu yang mereka didapatkan merupakan sebuah senjata pamungkas untuk
mengabdikan diri kepada masyarakat. Secara biologis pemuda memiliki kondisi
yang fresh untuk berpikir dan bertindak secara fisik. Mahasiswa sebagai pemuda
juga memiliki keingintahuan dan sikap kritis yang tinggi terhadap kondisi di
sekitarnya, dan dengan modal intelektualitas yang dimilikinya, mahasiswa
senantiasa mampu untuk memperjuangkan kondisi sosial yang dilihatnya agar
menjadi lebih ideal dan dinamis.
Tujuan Gerakan Mahasiswa
Sejak dahulu hingga saat ini, mahasiswa bergerak bukan hanya
tanpa tujuan. Pergerakan yang dilakukan oleh mahasiswa memiliki berbagai tujuan
yang dijadikan pemacu mahasiswa untuk selalu bergerak sekaligus sebagai pembentuk
idealisme, diantara tujuan dari gerakan mahasiswa itu diantaranya adalah:
Mendorong
Terciptanya Pemerintahan Yang Baik dan Bersih (good governance)
Bagaimanapun kondisi pemerintahan
yang baik dan bersih adalah kondisi yang sanagat ideal untuk mendukung
terciptanya masyarakat madani dan sejahtera. Oleh karena itulah gerakan
mahasiswa memiliki tujuan mengawal segala kebijakan terkait pemerintahan agar
pemeriintahan yang berjalan tidak semata permainan politik busuk atau hanya
politik pencitraan semata.
Mencerdaskan
Masyarakat dalam Bidang Politik
Dalam konteks Negara demokrasi bukan
merupakan hal yag tabu apabila masyarakat memahami politik secara bersih, oleh
karenanya gerkan mahasiswa juga bertujuan mencerdaskan masyarakat dalam bidang
politik
Mengkritisi
Kebijakan Pemerintah
Kebijakan yang dibuat oleh
pemerintahan sudah sepatutnya dikawal serta dikritisi terkait dampak yang akan
terjadi apabila kebijakan itu diberlakukan, penilaian kebijakan pemerintahan
itu pula terkait dengan keadilan serta kesejahteraan rakyat.
Pada akhirnya sejarah gerakan
mahasiswa sudah selayaknya kita jadikan sebagai bahan refleksi kita semua
khususnya yang sekarang menjadi seorang mahasiswa bahwa inilah sebenarnya peran
dan tanggung jawab kita sebagai pemuda mahasiswa yang telah ditunjukkan oleh
para pendahulu kita yang sudah terlebih dahulu menancapkan tombak perubahannya
di negeri ini. Lantas kita yang seharusnya melanjutkan perjuangan mereka, saat
ini seperti apakah hari ini kita berbuat???
Sudah menjadi sebuah keharusan bagi
kita sebagai mahasiswa, untuk kemudian tidak hanya diam dan hanya menjadi
penonton semata setiap perubahan, ataupun kebijakan yang ada. Menjadi tanggung
jawab besar yang telah ada pada pundak kita untuk kemudian tidak hanya sikap
apatis, anti politik atau hanya study oriented saja!!!!
Maka Teruskan perjalanan ini dengan
tenaga dan kakimu sendiri. Dada bumi cukup luas untuk menerima kehadiranmu.
Penuhilah segenap udara ini dengan kegiatan dan ketekunan, sungguh dan penuh.
Hadapilah tugas mahaberat ini dengan jiwa besar, dengan dayajuang api semangat
yang nyalanya kuat dan keras. Pupuklah Ruhul-Jihad, semangat revolusioner,
radikal dan progressif dalam jiwamu, dan bertindaklah dengan perhitungan yang
nyata dan pertimbangan yang matang.
Jangan pernah Takut dalam berjuang,
karena perubahan hanya soal waktu (Soe Hok Gie)
Kedzaliman penguasa menjadi kenyataan maka perlawanan
menjadi keharusan !!!!!!!
HIDUP MAHASISWA !!!!
KURSI PANAS 2014 ??
Berbicara
sebuah kursi pasti setiap orang sudah membayangkan betapa empuknya duduk diatasnya. Karena kursi ini akan memberikan sebuah kenikmatan
tersendiri bagi pemilikinya, kursi ini adalah kursi jabatan yang menjadi
rebutan orang banyak. Duduk di atasnya sambil menggut-manggut dan mengelus
jengot semua keingginan bisa terpenuhi. Semakin tinggi kursi yang dududukinya
maka pengaruh kekuasaan, kekayaan, dan fasilitas lainya akan gampang untuk
diraih. Jadi bukan suatu hal yang aneh
jika kursi yang satu ini sering menjadi rebutan.
Tahun
2013 adalah tahun yang sangat penting bagi
kancah perpolitikan nasional. Karena bagi para politikus-politikus, tahun ini adalah musim tanam yang akan di panen di tahun 2014. Maka tahun ini
sangat penting dan krusial sekali bagi mereka
pengejar kursi. Sehingga saat ini mereka sudah mulai memilih
bibit, membajak sawah, menabur pupuk dan akhirnya
sampai pada proses penanaman yang di tahun 2013 ini
sudah mulai dilakukan sesuai dapil yang mereka dapat. Kegiatan itu kini mulai
rutin dilakuakan ditengah-tengah masyarakat baik dari pemain lama maupun pemain
baru. Dari janji sampai bagi-bagi aspal, batu, semen, uang, baju bahkan kalender
berfoto mereka sudah lakukan demi sebuah kursi.
Apa yang mereka lakukan
ini semata-mata untuk meraih hasil yang maksimal menjadi seorang pemimpin yang
mewakili suara rakyat. Padahal sebagian para anggota
dewan terhormat ini, belum banyak yang mengetahui hakikat seorang pemimpin itu
seharusnya seperti apa. Seringkali orang lupa, bahwa kursi menurut Islam identik dengan
tanggungjawab yang berat, baik kepada yang dipimpin maupun kepada Allah.
Rasulullah telah
mengingatkan “Setiap kamu adalah pemimpin yang akan dimintai
pertanggung-jawaban atas orang yang dipimpinya. Seorang Abu Bakar yang memiliki gelar sangat masyur
As Shiddiq (yang dapat dipercaya) beliau pernah menangis ketika dibaiat menjadi
seorang pengganti Rasulullah. Dalam tangisnya Abu Bakar berkata, “Jawaban
apakah yang harus aku berikan ketika Allah meminta pertanggung-jawabanku di
hari kiamat nanti”. Karena Abu Bakar sadar, semakin tinggi jabatan yang
dipangku seamakin berat pula tanggung jawab yang harus dipikul.
Bahkan Rasulullah
sangat tidak suka pada orang yang berambisi menduduki suatu jabatan. Karena
beliau tahu, orang yang berambisi meraih suatu jabatan bila diberi kedudukan
akan bertindak zalim. Mementingkan diri sendiri atau kelompoknya dan
mengorbankan kemaslahatan umum. Dinisini
bisa kita lihat bagaimana Rasulullah dalam memberikan suatu jabatan kepada para
sahabat, Baliau tidak asal tunjuk saja. Akan tetapi beliau benar-benar
mempertimbangkan kemampuanya, karena baliau telah menegaskan, “Apabila suatu
urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka nantikanlah kehancuranya.”
Sudah menjadi kebiasaan
para salafussaleh, bila diberi jabatan selalu menolak. Ini karena mereka
mengingat bertapa beratnya sebuah tanggungjawab yang harus dipikul, baik di
dunia maupun di akhirat. Anehnya di Negara kita ini jabatan malah menjadi
rebutan. Walaupun tidak disertai dengan keilmuan yang mencukupi, akan tetapi
mereka tetap berambisi mendudukinya. Inilah
karena kursi atau kedudukan yang mereka kejar menjanjikan kemudahan dan masa
depan yang serba kecukupan, sehingga motivasi mereka hanya fasilitas yang sudah
terbayang dalam benaknya bukan tanggung jawabnya. Sehinga kekayaanlah yang
mereka cari untuk diri sendiri bukan kemaslahatan umum. Dan pandangan ini beda
dengan zaman dulu, bagaiman seorang pemimpin itu. Mereka tidak memperkaya diri
mereka sendiri akan tetapi mereka tetap hidup secara sederhana.
Dikarena suatu ambisi
yang tinggi akan suatu jabatan di zaman modern ini sudah sangat langka sekali, bahkan sama sekali tidak akan
pernah terdengar lagi orang beristigfar
lantaran mendapatkan kedudukan. Apalagi menangis, karena takut akan amanah yang
berat ini. Maka 2013-2014 ini kita selaku masyarakat harus berhati-hati akan
tipu-menipu yang akan dilakukan para penebar janji-janji semu. Mari memilih
pemimpin yang benar-benar dia layak untuk dipilih, dan yang bisa
mempertanggungjawabkan amanahnya.
Janganlah kita memilih pemimpin yang memberi
uang berapa lembar saja, karena orang-orang seperti itulah yang akan
menyengsarakan masyarakat dan merusak Negara ini.
Langganan:
Postingan (Atom)